Rabu, 17 Oktober 2012

KTI: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESARIA INDIKASI GEMELLY DI RUANG NUSA INDAH RSUD dr. SOESELO SLAWI”.



BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup di dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Namun beberapa kasus seperti plasenta previa, pre eklamsi, gawat janin, kelainan letak dan janin besar, serta gemelly, membuat persalinan melalui vagina dapat meningkatkan resiko kematian pada ibu dan bayi sehingga perlu satu cara alternatif lain dengan mengeluarkan hasil konsepsi melalui pembuatan sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut yang disebut sectio caesaria (Muchtar R., 1998).
Sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. Akan tetapi persalinan melalui sectio caesaria bukanlah alternatif yang lebih aman karena diperlukan pengawasan khusus terhadap indikasi dilakukannya sectio caesaria, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan berdampak pada kematian ibu (Wiknjosastro, 2005).
Namun dewasa ini sectio caesaria jauh lebih aman daripada dulu berkat kemajuan dalam antibiotika, transfusi darah, anestesi dan teknik operasi yang lebih sempurna. Karena itu, saat ini ada kecenderungan untuk melakukan operasi tanpa dasar indikasi yang cukup kuat (Muchtar R., 1998).
Adapun indikasi dilakukannya sectio caesaria diantaranya adalah plasenta previa, panggul sempit, dispropori sofalo-pelvik, ruptur uteri mengancam, partus lama tak maju, distosia serviks, pre eklamsi, hipertensi, letak janin, gemelly, hidrocephalus, bayi besar dan gawat janin (Muchtar R., 1998).
Gemelly adalah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan gemelly selalu menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat pada umumnya. Wanita dengan kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan perhatian khusus untuk hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin. Berbagai faktor mempengaruhi frekuensi kehamilan kembar seperti bangsa, herediter, umur dan partus ibu (Wiknjosastro, 2005).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa persalinan dengan bedah sectio caesaria adalah sekitar 10-15% dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang. Di Indonesia sendiri presentasi operasi sectio caesaria sekitar 5%. Kematian ibu akibat operasi sectio caesaria itu sendiri menunjukan 1 per 1000 persalinan, untuk kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam (2007). Komplikasi sekitar pada anestesi sekitar 10% dari seluruh angka kematian ibu (Wiknjosastro, 2005).
Berdasarkan data yang diperoleh di RSUD dr. Soeselo Slawi jumlah pasien sectio caesaria pada tahun 2010 jumlah partus 2.035, partus section caesaria dengan gemelly 358 (17,5%), sedangkan di tahun 2011 jumlah partus 2.138 orang, sedangkan partus section caesaria dengan indikasi gemelly 403 (18,8%).
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam suatu karya tulis ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESARIA INDIKASI GEMELLY DI RUANG NUSA INDAH RSUD dr. SOESELO SLAWI”.

B.       TUJUAN PENULISAN
1.    Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan post sectio caesaria dengan indikasi gemelly di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Soeselo Slawi.
2.    Tujuan Khusus
a.    Mampu melakukan pengkajian dan menganalisa data untuk menetapkan diagnosa keperawatan pada klien dengan post sectio caesaria dengan indikasi gemelly.
b.   Mampu menyusun rencana keperawatan sesuai dengan masalah yang timbul.
c.    Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat.
d.   Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan berdasarkan kriteria tujuan.
e.    Mampu mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dengan post sectio caesaria dengan indikasi gemelly.

C.      METODE PENULISAN
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskritif, dengan pendekatan study kasus dimana dengan pengkajian dan penelaahan suatu kasus tertentu berdasarkan fakta-fakta yang ada kemudian fakta-fakta tersebut dijelaskan secara narasi. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan  data dalam laporan ini yaitu meliputi ;
1.    Study Kasus
a.    Wawancara                                                            
Wawancara merupakan pembicaraan terarah yang umumnya diselenggarakan pada pertemuan tatap muka baik dengan klien maupun keluarga klien dengan tujuan untuk mengungkapkan dan memperoleh data subjektif yang akurat dan dapat dipercaya. Wawancara ini dapat dilakukan antara perawat dengan keluarga klien (allo anamnesa) dan klien dengan petugas kesehatan (auto anamnesa).
b.   Observasi
Observasi adalah pemeriksaan untuk mengumpulkan data melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dan dilakukan secara menyeluruh memandang klien sebagai makhluk yang holistik dengan tujuan untuk mengetahui atau memastikan batas dimensi angka, irama, kualitas atau ukuran tertentu.

c.    Dokumenter
Study dokumenter adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat catatan medik dan status pasien baik sekarang maupun yang telah lalu, dengan tujuan untuk memperoleh data objektif yang lengkap.

2.    Study Kepustakaan
Study kepustakaan merupakan bahan penunjang dalam menyusun karya tulis ini yang berasal dari buku – buku yang berhubungan dengan kasus yang dibahas, sehingga dapat diperoleh keterangan dan dasar-dasar teori mengenai pengertian yang bersifat definitif dalam hubungannya dengan kasus yang diambil.

D.    SISTEMATIKA PENULISAN
       Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menggunakan sistematika yang terdiri dari :
BAB I      PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B.  Tujuan Penulisan
C.  Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan


BAB II     TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B.  Analisa Data
C.  Prioritas Masalah
D. Intervensi
E.  Implementasi
F.   Evaluasi
BAB  III  PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B.  Diagnosa Keperawatan
-       Intervensi
-       Implementasi
-       Evaluasi
BAB  1V  PENUTUP
A.  Simpulan
B.  Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN





BAB II
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN
POST OPERASI SECTIO CAESARIA INDIKASI GEMELLY
DI RUANG NUSA INDAH RSUD dr. SOESELO SLAWI

Nama Mahasiswa                    : Yuli Ika Rakhmawati
Hari / tanggal  masuk RS        : Rabu / 12 Desember 2011 / 09.30 WIB
Hari / tanggal  pengkajian       : Kamis / 13 Desember 2011 / 08.00 WIB
Ruang Rumah Sakit                : Ruang Nusa Indah 
Tempat                                    : RSUD dr. Soeselo Slawi

A.      PENGKAJIAN
1.    BIODATA
a.    Identitas Klien
Nama                                  : Ny. M
Umur                                  : 28 Tahun
Jenis Kelamin                     : Perempuan
Status                                  : Kawin
Agama                                : Islam
Pendidikan                                     : SMU
Suku/bangsa                       : Jawa/Indonesia
Pekerjaan                            : Ibu Rumah Tangga
Alamat                                : Dukuh Wringin Rt. 4 Rw. 2 Slawi Tegal
No. RM                              : 10.12.10.

b.   Identitas Penanggung Jawab
Nama                                  : Tn. T
Umur                                  : 30 Tahun
Pekerjaan                            : Wiraswasta
Alamat                                : Dukuh Waringin Rt. 4 Rw. 2 Slawi Tegal
Hubungan dengan klien     : Suami

2.      RIWAYAT KESEHATAN
1.    Keluhan Utama
       Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah setelah operasi
2.    Riwayat Kesehatan Sekarang
       Klien mengatakan napasnya sesak setelah operasi, klien merasakan nyeri pada perut bagian bawah dengan kriteria:
                 P     : Setelah dilakukan operasi.
                 Q     : Nyeri seperti ditusuk-tusuk.
                 R     : Perut bagian bawah.
                 S     : Nyeri dengan skala 6.
                 T     : Pada saat di gerakan.
     

3.      RIWAYAT KEHAMILAN
Klien mengatakan ini adalah hamil yang pertama. Klien tiap bulan rutin memeriksakan kandungannya ke bidan. Klien datang ke RSUD dr. Soeselo kiriman bidan Erni Fatimah dengan G1 P0 A0 dengan gemelly. Klien juga mengatakan seminggu yang lalu periksa ke RS Adelia di USG dengan hasil detak jantung janin bayi pertama 148 kali/menit, bayi kedua 140 kali/menit. Tinggi fundus uterus 41 cm, belum ada tanda-tanda persalinan.

4.      RIWAYAT KELUARGA BERENCANA
Klien mengatakan belum pernah menggunakan KB, karena klien sangat mengharapkan seorang anak.

5.      SIKLUS MENARCHE
Klien mengatakan haid pertama umur 15 tahun dengan siklus 28 hari, haid lancar setiap bulan. Klien mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 3 Maret 2011 dan perkiraan lahirnya tanggal 10 Desember 2011

6.      RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
Klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, klien tidak memiliki penyakit asma, hipertensi, jantung dan diabetes militus serta tidak memiliki penyakit menular dan tidak memiliki alergi.

7.      RIWAYAT KELUARGA
Klien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang melahirkan secara SC tetapi kalau melahirkan kembar ada yaitu ibu dari klien merupakan anak kembar. Klien  mengatakan tidak mempunyai riwayat asma, jantung, kencing manis dan alergi serta tidak mempunyai riwayat penyakit menular dan keturunan.

8.      RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Klien mengatakan jika ada masalah klien terbuka dengan suami dan keluarga. Klien senang karena anaknya lahir dengan sehat.

9.      KEBIASAAN SEHARI-HARI
a.       Nutrisi
Sebelum sakit :
Klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan menu nasi lauk pauk sayur mayur, setiap kali makan habis 1 porsi dan minum air putih 5 – 7 gelas sehari.
Selama sakit  :
Klien mengatakan belum boleh makan sebelum klien flatus (kentut).
b.      Eliminasi
Sebelum sakit :
Klien mengatakan BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek, warna coklat kekuningan dan BAK kurang lebih 4 – 5 kali dalam satu hari dengan konsistensi jernih dan berbau khas.
Selama sakit   :
Klien mengatakan belum BAB, klien BAK dengan menggunakan kateter no.16 jumlah urine 1500 cc dengan warna kuning pekat.
c.       Istirahat atau tidur
Sebelum sakit :
Klien mengatakan istirahat di rumah biasanya kurang lebih 8 jam, dari jam 21.00 - 05.00 WIB dan kadang-kadang tidur siang kurang lebih 1 jam, dari jam 13.00 - 14.00 WIB
Selama sakit  :
Klien mengatakan tidur malam 5 – 6 jam , dari jam 22.30 – 04.30 WIB. Klien sering terbangun karena merasa nyeri pada luka bagian perut bawah setelah di operasi, kantong mata klien terlihat agak hitam, klien tampak lelah.
d.      Kebersihan diri
Sebelum sakit:
Klien mengatakan di rumah setiap hari mandi kurang lebih 2 kali pagi dan sore dan klien juga selalu berhias setiap selesai mandi.
Selama sakit :
Klien mengatakan tidak mandi, klien hanya dilap dengan menggunakan waslap dan air hangat yang dilakukan oleh perawat.



10.  PEMERIKSAAN FISIK
a.    Pemeriksaan Umum
1)   Keadaan Umum             : Baik
2)   Kesadaran                      : Composmetis
3)   Tanda - Tanda Vital
a)    Tekanan darah           : 100 / 70 mmHg
b)   Denyut nadi              : 80 kali / menit
c)    Suhu tubuh                : 360C
d)   Pernafasan                 : 29 kali / menit
4)   Berat Badan                   : 60 kg
5)   Tinggi Badan                 : 154 cm

b.   Pemeriksaan Head To Toe
1)   Kepala
a)    Wajah dan kulit kepala
Klien berwajah simetris, kulit kepala bersih, rambut hitam panjang bersih dan tidak ada ketombe, ekpresi wajah merintih menahan nyeri dan tidak ada nyeri tekan.
b)   Mata
Kedua mata klien simetris, tidak ada oedema pada kedua palpebrae, tidak ada radang, sekrela an ikterik, konjungtiva an anemis, kantong mata terlihat agak  hitam, tidak ada penonjolan pada kedua mata klien dan penglihatan klien normal.
c)    Hidung
Keadaan hidung bersih, tidak ada radang, tidak ada polip, tidak ada secret atau cairan dan tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, terpasang O2dengan 2 liter/menit.
d)   Telinga
Kedua telinga klien simetris, keadaan canalis bersih, tidak ada serumen, indra pendengaran masih normal, klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
e)    Mulut
Keadaan gigi bersih, tidak ada karang gigi atau karies, tidak menggunakan gigi palsu, gusi merah tidak ada radang, lidah agak kotor, bibir tidak sianosis dan kering.
2)   Leher
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada kelainan kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri tekan.
3)   Thorak dan Paru - Paru
Bentuk dada simetris, pergerakan dada teratur, pernapasan vesikuler, frekuensi 29 kali / menit, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat suara tambahan, napasnya tersengal-sengal.
4)   Jantung
Jantung klien normal, ictus cordis nampak dan teraba di IC 3, bunyi jantung I lub bunyi jantung II dub, nadi 80 kali / menit.
5)   Abdomen
Bentuk abdomen normal, datar, TFU 2  jari di bawah pusat, terdapat luka jahitan post SC dengan panjang 10 cm, terdapat nyeri tekan disekitar luka, terdapat bunyi peristaltik 12 kali / menit, terdapat bunyi timpani, kalau buat bergerak terasa sakit.
6)   Ginjal
Tidak ada nyeri tekan pada kedua ginjal klien kiri dan kanan saat perkusi dan palpasi.
7)   Genetalia
Vagina klien terpasang kateter no.16 jumlah urin 1500 cc, warnanya kuning pekat, tidak ada luka pada perineum, keluar sedikit darah post partum, warna merah segar, baunya khas amis, lochea rubra, tidak terdapat hemoroid eksternal maupun internal.
8)   Muskuloskeletal
a)    Ekstremitas atas
Bentuk simetris, tangan kanan terpasang infus RL 20 tetes / menit, tidak terdapat lesi, kulit lembab, tidak ada oedema.
b)   Ekstremitas bawah
Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak ada lesi atau jaringan parut, tidak ada tremor dan tidak ada nyeri tekan.
9)   Integumen
Turgor kulit baik, warna kuning langsat, kulit lembab, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada lesi.
11.  TERAPI
Tabel 1. Terapi yang diberikan
JENIS OBAT
DOSIS
CARA PEMBERIAN
Infus RL
Ceftriaxon
Ketorolac
Drainage Cateter
20 tetes / menit
3 x 1 gram
3 x 1 ampul
-
IV
IV
IM
Uretra

12.  PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tabel 2. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 13 Desember 2011
PARAMETER
HASIL
SATUAN
NILAI NORMAL
Haematologi
Hemoglobin

12,6

 g/dl

M : 14 – 18           F : 12 – 16










B.       ANALISA DATA
Tabel. 3 Analisa Data.
No
Tanggal
Data Fokus
Etiologi
Problem
1
13-12-2011
 DS :
-      Klien mengatakan sesak napas setelah operasi.
 DO :
-      Respirasi 29 kali / menit.
-      Napas tersengal-sengal
-      Terpasang O2: 2 liter/mnt
Hipoventilasi


Pola napas tidak efektif


2
13-12-2011

 DS :
-      Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah setelah  operasi.
P  : Setelah dilakukan
       operasi.
Q : Nyeri seperti ditusuk-
      tusuk.
R : perut bagian bawah.
S  : Nyeri dengan skala 6.
T  : Pada saat digerakan.
DO :
-      Klien tampak merintih menahan nyeri.
-      Terdapat luka post op pada perut bagian bawah
kurang lebih 10 cm .
-      Terdapat nyeri tekan.
-      RR 29 kali / menit.
Agen cedera
Nyeri Akut
3
13-12-2011
DS :
-      Klien mengatakan sering terbangun karena nyeri pada perut bagian bawah
DO :
-      Klien tampak lelah dan kantong mata agak hitam
-      Tidur malam 5-6 jam
22.30 WIB - 04.30 WIB
Nyeri
Gangguan pola tidur
4
13-12-2011

DS :
-      Klien mengatakan
balutan luka kapan
diganti.
DO :
-      Terdapat luka post
operasi pada perut
bagian bawah kurang
lebih 10 cm.
-      Terpasang DC no.16
-      Terpasang infus RL 20 tetes/menit.
-      Hemoglobin : 12,6 gr/dl.

Prosedur invasif
Resiko tinggi infeksi






C.      DAFTAR MASALAH
Tabel. 4 Daftar Masalah
No.
Diagnosa Keperawatan
 Tanggal Timbul Masalah
Tanggal Teratasi
Paraf
1
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi.
13/12/2011

13/12/2011


2
Nyeri  akut berhubungan dengan agen cedera.
13/12/2011



3
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
13/12/2011



4
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, prosedur invasif.
13/12/2011














D.    INTERVENSI  KEPERAWATAN
Tabel. 5 Rencana Keperawatan
No.
Tanggal
Dx. Kep
Tujuan & Kriteria
Rencana
Paraf
1
13/12/2011
I
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien tidak sesak napas dengan kriteria hasil:
1)    Klien tidak sesak
2)    Napasnya tidak
tersengal-sengal
3)    Respirasi 12 20 kali / menit
1)    Kaji tanda-tanda vital
2)    Ajarkan teknik relaksasi
(tarik napas dalam)
3)    Berikan posisi tidur yang nyaman (semifowler)
4)    Kolaborasi dengan tim
medis lain dalam
pemberian O2

2
13/12/2011
II
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24  jam diharapkan nyeri klien berkurang dengan kriteria hasil:
1)   Nyeri berkurang dengan skala 0-3
2)   Wajah klien tidak meringis menahan nyeri
3)   Tanda-Tanda Vital
TD: 100/70 mmHg
N   : 80 kali / menit
S    : 360C
RR : 12-20 kali/mnt

1)    Kaji nyeri secara komperhensif
2)    Berikan posisi semifowler
3)    Ajarkan tehnik relaksasi (tarik napas dalam)
4)    Tingkatkan istirahat
5)    Berikan analgesik untuk mengurangi rasa nyeri

3
13/12/2011
III
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan  istirahat klien terpenuhi  dengan kriteria hasil:
1)    Frekuensi tidur terpenuhi 8 jam.
2)    Kantong mata tidak menghitam.
3)    Klien nampak segar.
1)    Kaji frekuensi tidur klien.
2)    Ciptakan suasana yang nyaman.
3)    Anjurkan klien dan keluarga untuk menjaga kebersihan.
4)    Batasi pengunjung.
5)    Kaji penyebab klien tidak bisa tidur.

4
13/12/2011
IV
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terdapat tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil:
1)   Tidak terdapat tanda-tanda radang
2)   Luka terlihat kering,
4)   Tanda-Tanda Vital
TD: 100 / 70 mmHg
N   : 80 kali/menit
S    : 360C
 RR : 12-20 x / mnt
1)    Observasi perkembangan luka.
2)    Anjurkan klien mengganti baju 2x sehari
3)    Jaga kebersihan klien dan lingkungan.
4)    Anjurkan klien makan tinggi protein, buah dan sayur.
5)    Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik

E.     IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tabel. 6 Catatan Keperawatan
No.
Tanggal/
Jam
Dx.  Kep
Implementasi
Respon
Paraf
1
13/12/2011
Jam:
08.00 WIB
2










1,2


1,2



1




1,2,3,4
1)   Mengkaji nyeri secara komperhensip








2)   Memberikan posisi semifowler.
3)   Mengajarkan
     teknik relak- 
     sasi (tarik
     napas dalam)
4)   Memberikan terapi sesuai dengan advis dokter O2 :
2 liter / menit
5)   Mengukur tanda-tanda vital.
-    Klien mengatakan masih merasakan nyeri dengan skala 6
P : Setelah dilakukan
     operasi
Q : Nyeri seperti ditusuk-
      tusuk.
R : perut bagian bawah.
S  : Nyeri denagan skala 6.
T  : Pada saat digerakan.

-    Klien kooperaratif diposisikan semifowler.

-    Klien mau melakukan tarik napas dalam.


-    Klien mau dipasang selang oksigen kanul.



-    Klien mau diperiksa TTV dengan hasil :
TD    = 100 / 70 mmttg
S       = 36 0 C
N      = 80 kali / menit
RR    = 20 kali / menit
Klien mengatakan sudah tidak sesak napas.

2
13/12/2011
Jam:
09.00 WIB
2





4
1)   Kolagorasi dengan dokter, memberikan obat antibiotic   (cefriaxon 1 gram per 1v)
2)   Kolaborasi dengan dokter, pemberian obat analgetik (keterolac 1 amp per 1M
-    Klien mau disuntik, tidak ada reaksi alergi.




-    Klien mau disuntik, tidak ada reaksi alergi.

3
13/12/2011
Jam:
09.30 WIB
3




4, 3






2, 3
1)   Menciptakan suasana yang nyaman
(membatasi jam kunjungan)
2)   Menganjurkan klien dan
keluarga menjaga kebersihan.


3)   Menanyakan penyebab klien tidak bisa tidur .
-    Klien dan keluarga mau membatasi jam kunjungan.


-    Klien dan keluarga  mau menjaga kebersihan.





-    Klien mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri.

4
13/12/2011
Jam:
10.00 WIB
4



4




4

4
1)   Menganjurkan klien mengganti baju 2 kali sehari.
2)   Menganjurkan klien banyak makan yang berprotein tinggi, buah dan sayur.
3)   Mengganti pempes
4)   Perawatan kateter
-    Klien mau dan menjalankan apa yang dianjurkan perawat.

-    Klien mau menghabiskan menu yang disediakan dirumah sakit (nanti kalau sudah flatus)


-    Klien mau diganti pempes sama perawat.
-    Klien mau dibersihkan bagian kewanitaannya.


                      








F.     CATATAN PERKEMBANGAN
Tabel.7 Catatan Perkembangan
Tanggal
Dx. Kep
Catatan Perkembangan
Paraf
13/12/2011

1

S   : Klien mengatakan sudah tidak sesak nafas
O   :
-      TD            : 100 / 70 mmHg
-      Nadi         : 80 kali / menit
-      Respirasi   : 20 kali / menit
-      Suhu         : 360 C
A   : Masalah teratasi
P   : Pertahankan intervensi
Ika
13/12/2011
2

S   : Klien mengatakan masih merasakan nyeri
       dengan skala 6.
O   : -
-      Wajah klien  meringis menahan nyeri
-      Terdapat luka post operasi pada perut bagian bawah kurang lebih 10 cm.
A   : Masalah belum teratasi
P   :  Lanjutkan intervensi
-      Kolaborasi dengan dokter  dalam pemberian analgetik  ( ketorolac )
-      Ajarkan teknik  relaksasi tarik napas dalam
Ika
13/12/2011
III
S   : -
O   : Kantong mata klien tampak hitam
A   : Masalah belum teratasi
P   :  Lanjutkan intervensi
-      Ciptakan suasana senyaman mungkin
-      Jaga kebersihan diri dan lingkungan
-      Batasi jumlah pengunjung.
Ika
13/12/2011
IV
S   : Klien mengatakan mau melakukan anjuran
        perawat menjaga kebersihan
O   : -
A   : Masalah belum teratasi
P   : Lanjutkan intervensi
-      Tingkatkan intake nutrisi
-      Kolaborasi pemberian antibiotic (cefriaxon 1 gram per iv).
-      Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
-      Ganti balut
Ika















BAB III
PEMBAHASAN

     Pada bab ini penulis berusaha untuk membandingkan  antara teori dengan tinjauan kasus terhadap Ny. M dengan Post SC indikasi gemelly.

A.      PENGKAJIAN
Pengkajian adalah salah satu kegiatan mengumpulkan dan mengkoordinasikan data yang didapatkan dari berbagai sumber. Selain itu pengkajian merupakan dasar untuk tindakan dan keputusan yang diambil pada tahap-tahap selanjutnya. Dalam pengkajian harus memperhatikan data dasar klien, informasi laboratorium, tes diagnostik atau tim kesehatan yang merupakan pengkajian data dasar.
Dalam pengkajian pada Ny. M dengan umur 28 tahun, jenis kelamin perempuan, status kawin, agama Islam, suku bangsa Indonesia, pendidikan SMU, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Dukuh Wringin Rt. 04, Rw. 02, Slawi Tegal. Data yang didapat adalah sebagai berikut: data subyektif : klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah skala nyeri 6, sesak napas, setelah operasi, klien sering terbangun karena nyeri, klien juga mengatakan kapan ganti balutnya. Sedangkan data obyektif yang didapat diantaranya : napasnya tersengal-sengal, respirasi 29 kali / menit, terpasang O2 : 2 liter / menit, meringis menahan nyeri, terdapat luka post op SC pda perut bagian bawah, kantong mata agak menghitam, tidur malam 5 - 6 jam, terpasang DC no. 16, urin 1500 cc, terpasang infuse RL 20 tetes / menit.

B.       DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial (Aziz Alimul, 2001:24).
Dari hasil pengkajian dirumuskan 3 diagnosa yang muncul pada Ny. M yaitu:
1.    Pola napas tidak efektif
Menurut Carpenito, 2000:324 yang dimaksud dengan pola napas tidak efektif adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk bernapas secara efektif. Secara teori untuk dapat memunculkan diagnosa ini, harus terdapat salah satu batasan karakteristik seperti frekuensi napas yang melebihi batasan normal, seperti respirasi 29 kali / menit.
Pada pengkajian tanggal 13 Desember 2011, diperoleh data sebagai berikut: klien mengatakan sesak napas dan napasnya juga tersengal-sengal, respirasi 29 kali / menit. Dengan adanya data diatas, penulis membuat prioritas masalah pola napas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi, karena data-data di atas yang ditemukan dalam pengkajian sesuai dengan di teori.
Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien sudah tidak sesak napas lagi, maka dari itu penulis merencanakan memberikan O2 agar sesak napas bisa teratasi. Dengan data subyektif klien mengatakan sudah tidak sesak, data obyektif frekuensi pernapasan 20 kali / menit, tidak menggunakan oksigen lagi.
Pada kasus ini, pola napas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi sudah teratasi dan hentikan intervensi. Dalam analisadata penulis mengatakan masalah sudah teratasi karena berdasarkan tujuan yang penulis harapkan pada pasien sudah terpenuhi. Dalam melakukan evaluasi ini penulis tidak menemui kendala dan kesulitan yang berarti karena adanya kerja sama yang baik dari semua pihak.

2.    Nyeri
Menurut Nanda nyeri berhubungan dengan agen cedera adalah pengalaman emosional dan sensori, yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual dan potensial atau menunjukan adanya kerusakan (Association For The Study Of Pain).
Secara teori untuk memunculkan diagnosa tersebut harus terdapat batasan karakteristik seperti nyeri perut pada bagian bawah setelah dioperasi, klien tampak meringis menahan nyeri.
Dari hasil pengkajian tangal 13 Desember 2011, diperoleh data subyektif klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah setelah di operasi. Melihat data yang di atas dan terkait dengan batasan karakteristik maka penulis mengangkat diagnosa nyeri berhubungan dengan agen cedera, dan pada saat pengkajian tanggal 13 Desember 2011 penulis mendapatkan data yang sama dengan batasan karakteristik antara lain melaporkan nyeri secara verbal pada perut bagian bawah. Prioritas masalah nyeri berhubungan dengan agen cedera sebagai diagnosa kedua karena dilihat dari kebutuhan klien yaitu kebutuhan fisiologis menurut konsep hirarki Maslow serta dari tingkat rasa nyaman.
Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang dan klien tidak meringis menahan nyeri.
Rencana tindakan yang akan dilakukan penulis pada diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan agen cedera adalah melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, rasionalnya adalah perawat mengetahui tingkat keparahan klien, ajarkan teknik relaksasi (tarik napas dalam), rasionalnya untuk mengurangi rasa nyeri saat ditekan atau dipalpasi, memberikan analgetik (keterolac), rasionalnya untuk mengurangi rasa nyeri.
Tindakan yang dilakukan penulis pada diagnosa nyeri berhubungan dengan agen cedera adalah mengkaji lokasi, durasi dan frekuensi kualitas dan faktor presipitasi, ajarkan teknik relaksasi (tarik napas dalam) dan berikan analgetik (keterolac).
Evaluasi pada tanggal 13 Desember 2011 diperoleh data subyektif, klien mengatakan masih merasakan nyeri dengan skala 6, data obyektif wajah klien meringis menahan sakit, respirasi 20 kali / menit. Analisa dari masalah yang ada adalah masalah belum teratasi sehingga intervensinya dilanjutkan yaitu pemberian analgetik, mengajarkan teknik relaksasi (tarik napas dalam).

  1. Gangguan pola tidur
Menurut Nanda gangguan pola tidur adalah keterbatasan waktu tidur secara alami terus menerus, dalam periode kesadaran relatif meliputi jumlah dan kualitas.
Secara teori untuk memunculkan diagnosa tersebut harus terdapat batasan karakteristik seperti melaporkan secara verbal yaitu terbangun dalam waktu yang lama, kerusakan pola normal karena diri sendiri melebihi dari 30 menit, insomnia dipagi hari, terbangun lebih awal, jumlah tidur kurang dari kebutuhan 3 kali atau lebih dan bangun malam hari.
Pada pengkajian tanggal 13 Desember 2011 diperoleh data subyektif,  klien sering terbangun karena merasa nyeri, data obyektif bawah mata klien tampak kehitaman. Melihat data yang didapat terkait dengan batasan karakteristik maka penulis mengangkat diagnosa gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan nyeri. Pada saat pengkajian tanggal 13 Desember 2011 penulis mendapatkan data yang sama dengan batasan karakteristik antara lain pasien terbangun karena merasa nyeri dan kualitas bawah mata klien tampak  hitam.
Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan tidur klien terpenuhi dengan kriteria hasil klien mampu beristirahat, klien tampak segar.
Rencana tindakan yang akan dilakukan penulis pada diagnosa tersebut adalah kaji penyebab tidur klien, rasionalnya untuk menenangkan suasana, anjurkan klien dan keluarga menjaga kebersihan, rasionalnya agar suasana nyaman, ciptakan suasana yang nyaman selama istirahat, rasionalnya agar klien dapat beristirahat.
Tindakan yang dilakukan penulis untuk diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri adalah mengkaji penyebab klien tidak bisa tidur, membatasi jumlah pengunjung, menganjurkan klien dan keluarga menjaga kebersihan.
Evalusi pada tanggal 13 Desember 2011 diperoleh data subyektif,  klien mengatakan sering terbangun, data obyektif bawah mata klien tampak hitam. Dalam analisa masalah belum teratasi sehingga masalah tersebut intervensinya dilanjutkan dengan menciptakan suasana senyaman mungkin.




  1. Resiko infeksi
Menurut Nanda resiko infeksi adalah peningkatan masuknya organism pathogen.
Secara teori untuk memunculkan diagnosa tersebut harus terdapat batasan karakteristik seperti prosedur invasif, tidak cukup pengetahuan dalam menghadapi paparan lingkungan, ruptur membran amniotik, agen permesitikal (imunosupresan), malnutrisi, trauma jaringan, perubahan sekresi pH.
Secara teori untuk dapat memunculkan diagnosa ini harus terdapat salah satu batasan karakteristik dan faktor resiko seperti prosedur invansif, trauma jaringan seperti terdapat luka post operasi pada perut bagian bawah.
Pada pengkajian tanggal 13 Desember 2011 diperoleh data subyektif,
klien mengatakan kapan balutan akan diganti, data obyektif terdapat luka post operasi pada perut bagian bawah terpasang DC 1500 cc, terpasang infuse RL 20 tetes / menit. Melihat data yang ada dan terkait batasan karakteristik dan  faktor resiko yang ada maka dirumuskan diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, prosedur invansif. Penulis mengangkat diagnosa resiko infeksi karena pada saat pengkajian penulis menemukan data yang sama pada batasan karakteristik.
Faktor resiko yaitu prosedur invansif yang merupakan etiologi, dimana prosedur invansif akan mengakibatkan kerentangan terhadap bakteri yang merupakan pintu masuk bagi kuman atau mikro organisme penyebab infeksi.
Prioritas masalah resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan prosedur invansif dirumuskan sebagai diagnosa keempat karena dilihat dari kebutuhan rasa nyaman dan aman serta masih bersifat resiko.
Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi pada klien dengan kriteria hasil tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan luka kering.
Rencana tindakan pada diagnosa keperawatan ini adalah observasi perkembangan luka, rasionalnya untuk mengetahui tingkat keparahan luka, menjaga kebersihan, rasionalnya memberikan rasa nyaman dan mencegah infeksi sekunder, tingkatkan intake nutrisi, rasionalnya nutrisi yang cukup dapat membantu keseimbangan metabolik dan daya tahan tubuh, kolaborasi pemberian antibiotic, rasionalnya untuk membantu menghindari terjadinya infeksi.
Tindakan keperawatan yang dapat penulis lakukan adalah mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, mengobservasi perkembangan luka, melakukan kolaborasi pemberian terapi antibiotik (memberikan injeksi ceftriaxon 1 gram/iv).
Evaluasi pada tanggal 13 Desember 2011 diperoleh data subyektif klien mau mengikuti anjuran perawat, data obyektif luka masih basah (luka baru). Analisa data masalah tersebut adalah masalah belum teratasi sehingga perencanaan dilanjutkan tingkatkan intake nutrisi, kolaborasi pemberian antibiotik, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, gunakan teknik seperti antiseptik.





















BAB V
PENUTUP

A.      SIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan post operasi sectio caesaria indikasi gemelly di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Soeselo Slawi pada tanggal 13 Desember 2011, maka dengan ini penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu :
1.     Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melaui dinding depan perut.
2.     Gemelly adalah satu kehamilan dengan dua janin atau  lebih.
3.     Pada Ny. M ditemukan data subjektif dan objektif sebagai berikut :
     Data subjektif :
            Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, skala nyeri 6, sesak napas setelah operasi, klien sering terbangun karena nyeri, klien juga mengatakan kapan ganti balutnya.
     Data objektif :
            Napasnya tersengal-sengal, tespirasi 29 kali/menit, terpasang O2 2 liter/menit, meringis menahan nyeri, terdapat luka post operasi pada perut bagian bawah, kantong mata agak meghitam, tidur malam 5 - 6 jam, terpasang DC no.16, terpasang infus RL 20 tetes / menit.
4.     Pada Ny. M ditemukan empat diagnosa keperawatan yaitu pola napas tidak efektif, nyeri, gangguan pola tidur, dan resiko tinggi infeksi.
5.     Implementasi yang bisa diakukan oleh penulis hanya sebagian. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu dan kondisi klien.
6.     Evaluasi dengan kasus yang dikelola oleh penulis satu yang teratasi dan yang tiga belum teratasi.

B.       SARAN
Dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan, pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan keperawatan pada klien dengan post operasi section caesaria dengan indikasi gemelly, penulis menekankan pentingnya penyuluhan kesehatan karena dengan pengetahuan dan pemahaman tentang penyakitnya diharapkan klien dapat menghindari atau membatasi komplikasi lebih lanjut.
1.       Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada akademi agar dapat lebih memperbanyak buku-buku yang dapat menunjang perkuliahan dan untuk pendidik lebih perbanyak sumber-sumber buku panduan agar lebih luas pengetahuan dan informasi terkini dalam pemberian informasi kepada mahasiswa/mahasiswi .
2.       Instansi / Rumah Sakit
Lebih meningkatkan Profesionalisme untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.            
3.       Pasien
Lebih mewaspadai apabila ada kelainan atau ketidak nyamanan pada diri pasien dan konsultasikan ke dokter atau tenaga kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut.



DAFTAR PUSTAKA

Damall, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran. EGC: Jakarta.
Elizabeth J Corwin.2003.Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.
Http:medlinox. Blogspoot. Com: 2007.
Johnson M. Mas M Moorheads.2000.Nursing out Come Classification
NOC).Mosby Philadelphia.

Mansjoer,Arief, dkk, Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.
Mochtar R. 1998. Synopsis Obstetric Fisiologi, Obstetric Patologi. EGC:
Jakarta.

Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika.
Santoso, Budi. 2005-2006. Panduan Diagnosa Nanda. Prima Medika: Jakarta.
Suddart, Brunner, 1999.Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. EGC: Jakarta.
Wilkinson W. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC:
Jakarta.

Wiknjosastro Hanif. 2002. Ilmu Kebidanan. YBP-SP: Jakarta.













LAMPIRAN-LAMPIRAN












TINJAUAN TEORI

A.      DEFINISI
Cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar Roestam, 1998).

B.       JENIS-JENIS SECTIO CAESAREA
1.    Abdomen ( Sectio Caesarea Abdominalis )
a.    Sectio Caesarea Transperitonealis
1)   Sectio Caesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada corpus uteri.
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada corpus uteri kira – kira 10 cm.
Kelebihan
-       Mengeluarkan janin lebih cepat
-       Tidak menyebabkan komplikasi tertariknya vesica urinaria
-       Sayatan bisa diperpanjang proximal atau distal.
Kekurangan
-       Mudah terjadi penyebaran infeksi intra abdominal karena tidak ada retroperitonealisasi yang baik.
-       Sering terjadi rupture uteri pada persalinan berikutnya.
2)   Sectio Caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim.
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang ( konkaf ) pada segmen bawah rahim, kira – kira 10 cm.
Kelebihan:
-       Penutupan luka lebih mudah.
-       Penutupan luka dengan  retroperitonealisasi yang baik.
-       Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
-       Perdarahan kurang.
-       Kemungkinan terjadi rupture uteri spontan kurang / lebih kecil daripada cara klasik.
Kekurangan:
-       Luka dapat melebar ke kiri , ke kanan  dan ke bawah sehingga dapat menyebabkan arteri Uterina putus sehingga terjadi pendarahan hebat.
-       Keluhan pada vesica urinaria post operatif tinggi.
b.    Sectio Caesarea Extraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdomen.




2.    Vagina ( Sectio Caesarea Vaginalis )
Menurut arah sayatan rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
a.       Sayatan memanjang ( longitudinal menurut Kronig.
b.      Sayatan melintang (  transversal ) menurut Kerr.
c.       Sayatan huruf T ( T incision )

C.   KOMPLIKASI
1.    Infeksi puerperal ( nifas )
a.    Ringan, ditandai dengan adanya kenaikan suhu beberapa hari saja.
b.    Sedang, ditandai dengan kenaikan suhu lebih tinggi, dehidrasi dan perut kembung.
c.    Berat, dengan peritonitis, sepsis atau ileus paralitik.
2.    Pendarahan, disebabkan oleh:
a.    Banyak pembuluh darah terputus.
b.    Atonia uteri
c.    Perdarahan pada plasental bed.
3.    Luka Vesica Urinaria, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila retroperitonealisasi terlalu tinggi.
4.    Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.



D.   ASUHAN KEPERAWATAN
1.    Pengkajian data utama klien
a.    Identitas Klien
b.    Status kehamilan
c.    Riwayat kehamilan
d.   Riwayat kesehatan

2.    Pengkajian fungsional
a.    Tinjauan ulang catatan prenatal dan intra operatif serta indikasi section caesarea.
b.    Sirkulasi : pucat, riwayat hipertensi, pendarahan ( 600 – 800 mL )
c.    Integritas ego : gembira, marah, takut, pengalaman kelahiran.
d.   Eliminasi : urine, bising usus.
e.    Makanan / cairan : abdomen lunak, tidak ada distensi, nafsu makan, berat badan, mual, muntah.
f.     Neurosensori : kerusakan gerakan, tingkat anastesi
g.    Nyeri : trauma bedah, nyeri penyerta, distensi vu, mulut kering.
h.    Pernafasan : bunyi nafas
i.      Keamanan : balutan abdomen, eritema, bengkak.
j.      Seksualitas : Kontraksi fundus, letak, lochea
k.    Aktivitras : kelelahan, kelemahan, malas.

3.    Pengkajian lanjutan
a.    Observasi  tanda – tanda vital.
b.    Pengkajian head to toe

4.    Diagnosa keperawatan
a.    Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d trauma pembedahan.
b.    Resiko tinggi infeksi b.d penyembuhan jaringan belum terjadi
c.    Kerusakan integritas kulit b.d luka section caesarea.
d.   Perubahan eliminasi urine b.d trauma mekanis, efek anastesi.

5.    Intervensi
a.    Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d trauma pembedahan
Kriteria hasil:
1)   Klien mampu mengidentifikasi dan mengatasi nyeri /  ketidaknyamanan dengan tepat.
2)   Klien mengungkapkan nyeri berkurang.
3)   Klien relaks, mampu istirahat.
Intervensi
1)   Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan, perhatikan isyarat verbal dan non verbal.
2)   Monitor tanda – tanda vital
3)   Ubah posisi klien, berikan tindakan kenyamanan dan posisi nyaman.
4)   Ajarkan latihan nafas dalam.
5)   Anjurkan ambullasi dini.
6)   Kolaborasi pemberian analgesic.
b.    Resiko tinggi infeeksi b.d penyembuhan jaringan belum terjadi.
Kriteria hasil :
1)   Klien bebas dati tanda – tanda infeksi.
2)   Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
1)   Pantau tanda – tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.
2)   Observasi proses penyembuhgan luka.
3)   Pertahankan teknik aseptic pada perawatan luka.
4)   Observasi terhadap adanya drainase.
5)   Kolaborasi pemberian antibiotika sesuai indikasi.











Daftar Pustaka:
1.    Cunningham. Mac Donald. Grant obstetric Williams. Ed 18 Jakarta: EGC, 1995.
2.    Hamilton PM, Dasar – Dasar Keperawatan Maternitas Ed 6, Jakarta : EGD. 1995.
3.    Mansjoer, Arif, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Ed 3, Jakarta : Media Aesculapius. 1999
4.    Mochtar R. Sinopsis Obstetric Jilid 1. Ed 2. Jakarta: EGC.1998
5.    Dongoes, Moorhouse, Rencana Perawatan Maternal/Bayi Ed 1, Jakarta : EGC 2001.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar